Senin 11 Februari 2013
Di indonesia ini pemulung dan pengemis
sudah makin meluas dan membentuk kelompok-kelompok tersendiri. Sehingga tak
jarang pula kita mendapatkan dua kelompok ini lalu lalang dikeramaian jalan
kota. Pemerintah yang mempunyai wewenang dalam menanggulangi kemiskinan
seakan-akan tak memperdulikan nasib masyarakat yang tidak memiliki kemampuan
untuk berwirausaha tersebut. Mengapa
pemerintah sepertinya acuh dengan masalah pengemis? Tidak adakah pertanyaan
yang muncul dibenak pemerintah ketika melihat rakyatnya banyak menjadi pengemis
akibat tidak mempuntai keterampilan? Karena tentunya mereka mempunyai alasan
tersendiri untuk menjadi pengemis. Keterampilan yang kurang akibat rendahnya
pendidikan dapat mengurangi motivasi untuk berkreasi. Inilah yang banyak terjadi
dalam masyarakat, akibatnya mereka banyak yang terjun kebidang pengemis.
Pak saimin adalah seorang pemulung
sekaligus pengemis yang berhasil kutemui pada selasa malam waktu itu. Beliau
tinggal di pemukiman talise yang berjarak + 7 meter dari patai. Bapak yang
berumur + 60 tahun tersebut berasal dari malang. Kemudian pada tahun
2007 pak saimin dan keluarga pindah kepalu. Namun selang beberapa tahun anak
dan istrinyapun dipanggil Sang pencipta, tinggallah pak saimin seorang diri
mengadu nasib dikota ini. (Hari selasa
pukul 20:30 tanggal 13 maret 2012 di pantai talise)
Pak saimin memungut botol aqua gelas
setiap hari, dan mengumpulkannya dalam 15 hari kemudian dibawa keagennya. Dan
setiap hari mungut pak saimin juga meminta-minta alias mengemis. Padahal hasil
dari mungut lumayan banyak, pendapatannya mencapai Rp.500.000 -Rp.700.000
meskipun kedengarannya jika dihitung perkilo dalam sekarung hanya Rp.1000.
dikemanakan uang itu? Mengapa tidak digunakan untuk membuka usaha lain?
Uang yang didapat pak saimin digunakan
untuk makan sehari-hari dan juga ketika beliau mengumpulkan aqua gelas selama
15 hari jadi yang tersisipkan hanya sebagian kecil saja. Dan beliau juga
mendapatkan BLT(Bantuan Langsung Tunai) dari pemerintah namun itu tidak begitu
membantu perekonomian seorang pemulung sekaligus pengemis tersebut.
Dulu sebelum anak dan istrinya meninggal
pak saimin mebuka warung dan sempat menjual bakso depan rumahnya. Namun
usahanya bangkrut ketika anak dan istrinya meninggal dan pak saimin sudah tidak
sangup lagi mengelola keuangan sendiri nampaknya pak saimin membutuhkan vigur
seorang istri yang bisa mengatur keuangan dengan baik. Namun pak saimin tidak
berfikir untuk mendapatkan istri lagi
karena yang terpenting hanyalah bagaimana bisa bertahan hidup.
Pak saimin tidak putus asa sampai disitu
karena beliau berusaha mengumpulkan uang untuk usaha barunya yaitu jual bakso keliling. Namun karena pak saimin
jauh dari keluarganya sesekali beliau pulang ke malang untuk berkumpul bersama
keluarga besarnya maka berkurang lah uang untuk usahanya tersebut. Hidup ini
memang mempunyai banyak kebutuhan begitu susahnya pak saimin mengumpulkan
modalnya. Setelah uangnya terkumpul sampailah niat pak saimin untuk membuka
usaha sendiri dari hasil mulung dan ngemis.
Ternyata hari-hari yang dijalani pak
saimin untuk menjadi penjual keliling itu sangatlah sulit. Jualan pak saimin
tidak terlalu ramai didatangi pembeli sehingga tak jarang pak saimin pulang
dengan tidak mengembalikan modal yang sudah dikeluarkannya. Harapan dan
kenyataan memang berbeda, karna pak saimin kembali bangkrut dalam usahanya
tersebut.
Saimin
tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola usaha dan keuangannya tersebut. Ini
akibat dari ngemis sehingga ketika beliau membuka usaha lain untuk mengelola
keuangannya beliau mengalami kesulitan. Yang biasanya beliau hanya berjalan
sepanjang jalan tetapi mendapatkan uang yang lumayan banyak tetapi ketika
membuka suatu usaha yang baru beliau membutuhkan keterampian untuk bisa mngelola usahanya. Namun
keadaannya berbeda pak saimin kurang termotivasi membuka usahanya kembali
karena menurutnya pekerjaan ngemis itu lebih mudah dan lebih menguntungkan.
Akhirnya pak saimin menjadi ketergantungan dengan bekerja sebagai pengemis.
Hal ini penting dan menjadi pelajaran
buat teman-teman sekalian bahwa hidup adalah pilihan. Disaat anda jadi pemulung
itulah pilihan hidup anda, karena anda tidak mau berusaha keluar dari
keterpurukan tersebut maka anda akan terjebak didalamnya. Apa pilihan anda?? “Malas diwaktu muda atau malas diwaktu tua”. Malas
diwaktu muda membawa anda tidak bisa menikmati hari tua., dan jika malas
diwaktu tua itu berarti kita menikmati hasil jerih payah kita yang sudah kita
kumpulkan diwaktu muda.
Salut dengan tulisanmu, tapi perlu sebelum dipublikasikan seharusnya bisa dibaca dulu, biar bisa memperbaiki penulisan kata yang benar, misalnya kata "Vigur" seharusnya Figur. Gunakan Om google dalam mencari penulisan kata-kata yang dirasa belum diketahui. Maaf ini hanya sekedar saran. Demi sempurnahnya tulisanmu.
BalasHapusiyaa makasiih yaacchh komeennttnya.. InsyaALLAH penulisan selanjutnya lebih baik lagi,.
Hapus